22.8.06

Out of Reach

“Lagi baca apaan, Lan?”

“Eh, Rhea ngagetin aja, ih. Ini…”

Belum sempat Wulan menjawab, Rhea yang tiba-tiba menyeruak dari pintu kamar Wulan sudah menyambar buku itu kemudian mengempaskan tubuhnya ke samping Wulan.

“Flowers for Algernon. Algernon apaan?”, tanya Rhea sambil membolak-balik buku bersampul hijau tua itu.

“Algernon itu nama tikus yang dipake buat per…”

“Wow, percobaan buat otak. Daniel Keyes yah? Bagus nggak yang ini?”, Rhea bertanya sambil membaca bagian belakang buku.

“Biasa aja sih. Padahal sinopsisnya kayaknya bagus.”

“Tapi kayaknya emang ceritanya bagus, deh, Lan.”

“Bagus, sih. Tapi…”

“Lempeng. Iya kan? Menurutku Daniel Keyes nggak bagus-bagus banget deh. Aku dulu baca 24 Wajah Billy juga gitu. Ceritanya sebenernya bagus, cuma… sama Daniel Keyes kayaknya emosinya nggak begitu keluar. Lempeng.”

“Alah. Kayak yang kamu bakat nulis aja.”

“Hehehehe… iya, yah. Kasih komentar tuh emang paling enak. Padahal kitanya sendiri ngga bisa. Eh, jadi lupa tadi ke sini mau ngapain.”

“Mau ngapain sih, neng?”

“Mmmm… inih… aku mau pinjem…”

Tiba-tiba layar ponsel Rhea yang tergeletak di cover bed hijau Wulan berkedip-kedip, diiringi suara Gabrielle.

Out of reach, so far

I never had your heart

Out of re..

Wulan sekilas sempat membaca nama Aruna di situ. Rhea terlihat terkejut, tapi segera mengambil ponselnya, memencet keypad bergambar telepon warna hijau

“Halo”

“Iya, Na”

“Ooo… Batam belum bisa, Na. Musti diupgrade dulu softwarenya. Yang sekarang masih belum support buat konfigurasi yang kamu kirim itu”

“Si Gusti. Mmm… kalo nggak salah hari Sabtu depan”

“Aduh, aku nggak bisa, Na. Aku ada kerjaan di Medan.”

“Oke deh”

“Kenapa?”

“Engga kok. Lagi di kontrakan.”

“Eh, iya. Sekarang malam minggu yah? Hehehehe…”

“Kamu sendiri bukannya keluar kemana kek. Malah nanya kerjaan.”

“Ooo gitu. Ya udah deh. Have fun yah”

Klik

“Siapa, Rhe? Dari kantor yah?”

“Tepatnya temen kantor. Biasa, masalah kerjaan.”

“Aruna siapa?”

“Yee… ya itu tadi yang telpon barusan. Temen kerja.”

“Kok ringtone-nya gitu?”

“Nggg… kenapa emang?”

“Ya nggak pa-pa. Aneh aja. Udara dingin gini kok kamu kipas-kipas.”

“Aaaahh… Wulan niihh.”

“Jangan-jangan yang dicritain Arga itu namanya Aruna.”

“Mmmm… Iyah. Namanya Aruna.”

“Oooo… jadi yang barusan telpon itu? Pantesan kepanasan tapi wajah malah tambah sumringah.”

“Apaan sih, Wulan inih? Biasa aja lagi.”

“Tapi kok dikasi ringtone begitu?”

“Yaaa gitu deh…”

“Gitu deh gimana?”

Rhea menarik napas panjang dan menghembuskannya sambil menjatuhkan kepalanya ke atas bantal. Mengambil guling dan memeluknya. Punggungnya membelakangi Wulan.

“Kayaknya aku harus mulai nglupain dia deh”

“Loh. Kenapa? Tapi tadi sepertinya kalian enjoy aja waktu ngobrol di telpon.”

“Iyah. Dia orangnya baik banget, Lan. Baiiiik banget. Sering bantuin kerjaan aku. Aku juga kadang suka curhat ke dia. Yahh, walaupun sering bikin kesel juga. Tapi, kamu tau sendiri kan? Aku justru suka yang rada-rada bad boy gitu.”

“Hahaha… iya.. iya… iya… Aku tau kok. Trus, kenapa kamu mau nglupain perasaanmu ke dia?”

“Hmmm… kayaknya dia udah punya pacar, deh.’

“Kok kayaknya?”

“Iya. Blom pasti juga sih. Tapi kayaknya sih udah.”

“Yee, kok gitu sih, Rhe. Blom pasti udah nyerah duluan. Emang ada yang bilang ke kamu kalo si Aruna itu udah punya gandengan?”

“Bagas. Dulu pernah Aruna nggak masuk. Padahal ada kerjaan. Aku tanya ke Bagas, Arunanya ke mana. Bagas bilang lagi di Rumah Sakit. Aku tanya lagi Aruna sakit apa dia jawabnya bukan Aruna yang sakit tapi pacarnya.”

“Bagas? Bagas cungkring panjang yang kamu kenalin pas di Citos dulu? Bukannya kamu bilang orangnya ngaco? Omongannya ngga bisa dipercaya?”

”Tapi, kemungkinan itu pasti ada kan, Lan? Lagi pula, kalaupun dia belum punya pacar, sepertinya dia nggak ada rasa special sama aku”

“Ya tapi kamu masa udah nyerah padahal keadaannya blom pasti. Mending kamu cari tau dulu, dia udah punya pacar atau belum. Terus, kok kamu jadi cewek pesimis gini, sih?”

“Udah ah, Lan.” Rhea mengakhiri sambil bangkit dari tempat tidur. Mengambil dvd Friends seri terakhir di meja samping tempat tidur.

“Aku tadi mau pinjam ini. Aku bawa dulu yah,” katanya sambil menutup pintu kamar Wulan. Wulan baru ingat, akhir-akhir ini dia sering mendengar lagu itu dari kamar Rhea.

Knew the signs, wasn't right
I was stupid for a while
Swept away by you
And now I feel like a fool
So confused, my heart's bruised
Was I ever loved by you?

Out of reach, so far
I never had your heart
Out of reach, couldn't see
We were never meant to be

Catch myself from despair
I could drown if I stay here
Keeping busy everyday
I know I will be OK

But I was so confused,
My heart's bruised
Was I ever loved by you?

Out of reach, so far
I never had your heart
Out of reach, couldn't see
We were never meant to be

So much hurt, so much pain
Takes a while to regain
What is lost inside
And I hope that in time,
You'll be out of my mind
And I'll be over you

But now I'm, so confused,
My heart's bruised
Was I ever loved by you?

Out of reach, so far
I never had your heart
Out of reach, couldn't see
We were never meant to be

Out of reach, so far
You never gave your heart
In my reach, I can see
There's a life out there for me

ps. aku sukaaa banget lagu ini.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

by me